Dua puluh lima, dua puluh satu. ini bukan hanya sekadar angka, tapi dibalik angka itu menceritakan sebuah kisah tentang seorang wanita yang baru mengenal cinta.
setiap wanita, ia merasa senang kala dicintai dan tentu ketika ia disayangi dengan penuh kasih sayang. begitupun dengan aku. aku bisa terbilang baru dalam mengenal hal tentang percintaan.
tahun lalu, awal mula aku bertemu denganmu. kita tidak berkenalan secara langsung, karena tahun lalu sedang musim covid-19. apa-apa dilakukan dengan sistem tak langsung bertatap muka. termasuk dalam hal menyatakan perasaan. siapa yang korban virtual? acungkan jarinya.
kita saling mengenal lewat pelantara aplikasi. aplikasi ini sudah banyak yang pakai, kok. terkenal di semua kalangan, terutama anak-anak remaja seusiaku. fungsi utamanya ya itu, untuk mempunyai teman jauh.
namun ternyata yang kutemui bukan seorang teman, tapi seseorang yang membuatku merasa hubungan ini lebih dari sekadar teman.
di aplikasi itu kita banyak menceritakan hal-hal yang terbilang random. tapi akhirnya kita berpindah aplikasi ke WhatsApp, si aplikasi ijo.
tentu dengan dia yang memulai percakapan duluan. aku nggak mau, karena terlanjur gengsi duluan.
di WhatsApp, percakapan kita ternyata semakin seru. namun, singkat cerita, tanpa angin tanpa hujan, malam hari itu kamu dengan tiba-tiba menyatakan rasa suka padaku. entah sejak kapan kau merasa nyaman denganku, tiba-tiba saja kau mengatakan perasaan suka. jujur aku kaget setengah mati. kenapa bisa ada orang yang nyaman dengan sikap ku yang waktu itu masih terbilang cukup alay ini, wkwk. tapi, tanpa panjang lebar aku langsung menerima perasaan sukanya.
setelah itu hari-hari kami isi dengan bertukar pesan dan saling menanyakan kabar. selayaknya seorang yang sedang menjalin hubungan, apapun itu selalu saja diceritakan kepada orang tersayang.
namun, setelah bulan ke-3 aku denganmu menjalin hubungan, aku merasa bosan dengan sikapmu. sikapmu yang menurutku sama-sama saja, membuat aku akhirnya merasa bosan.
tanpa basa-basi, malam hari aku langsung mengutarakan isi hati lewat pesan. bilang padamu bahwa aku mulai merasa bosan, dan aku ingin mengakhiri hubungan denganmu. pesan pun terjawab. aku kira kamu sudah tidur, karena malam itu aku memberitahumu pukul sebelas malam. ternyata malam itu kamu baru pulang bermain badminton. aku tak tahu, karena sebelumnya kau menang tidak langsung bilang padaku. aku minta maaf, karena meminta putus di waktu yang menurutku kurang tepat. tapi akhirnya kau membalas pesanku, dan menjelaskan apa yang membuatku akhirnya merasa bosan dan ingin mengakhiri hubungan. aku tak menjawab langsung, karena aku sudah benar-benar ingin mengakhiri hubungan dengannya.
aku ingat kamu belum bisa menerima keputusan yang telah aku beri. iya, dia menolaknya dengan alasan masih sayang dan mencintaiku. ucapan yang menurutku tak bisa aku percayai.
aku bingung. mesti berbuat apalagi agar kamu bisa lepas untuk mengikhlaskan ku. tapi ternyata aku kalah. setelah beberapa hari ku biarkan, kamu muncul lagi. aku semakin tambah bingung. kamu hadir seolah-olah tak ada hutang penjelasan padaku. dan meyakinkan bahwa kemarin-kemarin adalah masalah biasa, dan tak ada hal yang terjadi pada kita. ada sedikit rasa kecewa sebenarnya. namun, akhirnya rasa kecewa itu perlahan hilang karena rasa sayangku padanya yang amat besar.
***
sebanyak apapun perbuatan dia yang menurutmu mengecewakan, semua akan termaafkan karena rasa sayangmu yang begitu besar. se membutakan itu kah rasa cinta? sampai akhirnya membuat seseorang yang sering disakiti oleh pasangannya, ia terus memaafkan kesalahan itu. dan merasa hal itu biasa saja dalam sebuah hubungan.