Beberapa hal dalam hidup, tidak semuanya bisa berjalan semaunya. Kamu menyaksikan bukan, bagaimana sejauh ini semesta bekerja? Dan ya, satu hal yang ingin aku tanyakan pada banyak khalayak, kamu melihat dan menilai manusia manusia dengan kacamata yang mana? Dan seperti apa?
Saya beri tahu satu hal, menghakimi saja, tanpa kamu tau yang sebenarnya, itu tidaklah cukup. Kamu melihat manusia satu ini, seberantakan apa? Ya, kamu mungkin selalu menonton pagiku, yang aku jadikan malamku.
Kamu menonton manusia satu ini yang sedang tertidur pulas di tengah manusia manusia yang haus dengan nilai,lapar dengan Angka, kompetisi Yg segala carapun di halalkan, agar tercapainya suatu ambisi. dengan tatapan, yang sungguh memuakan, kau berlaga seolah kau adalah manusia satu satunya yang sangat rajin.
Kau memberi cap manusia satu ini, sebagai manusia yang pemalas. Tapi tidak apa, karena kau tidak pernah tau, malamnya tidak pernah damai, selalu ada pertengkaran di kepalanya, selalu ada hantu hantu yang menyeramkan dan menakut nakuti bahwa "hari esok akan lebih buruk, dari hari sekarang".
Setiap malam selalu ada rekaman seperti kaset yang tidak pernah berhenti berputar, menayangkan kejadian kejadian yang telah usai. Dan, kamu tidak pernah tau bagaimana lelahnya, disaat raga meminta haknya untuk beristirahat, tapi isi kepala belum juga reda, di derasnya berisik dikepala.
Sebagian manusia beranggapan, pada manusia semacam kami, yang rumahnya tidak pernah ramah, tidak pernah merasakan lautan cinta dari keluarga yg utuh, yg tidak pernah di ratukan atau di rajakan, oleh manusia yg sekarang sudah paruh baya, yang dinamai orang tua.
Sebagian orang, menganggap anak anak seperti kami yang tumbuh di keluarga patah, nasibnya tidak akan jauh dengan orangtuanya. Hey, siapa kalian? Darimana kalian tahu? Perlu kalian ingat, cita cita, harapan, impian, masa depan, itu semuanya masih hak, juga punya kami. Dan ya, kalian suka melabeli kepada kami dengan julukan "anak nakal".
Tidak, bukan seperti itu. Saya meyakini satu hal, tidak ada manusia yang nakal. Hanya saja mereka keliru dalam memilih cara, agar mereka mampu dilihat manusia manusia bersejarah di hidupnya. Kalian tahu? Menjadi kami tidaklah mudah. Kami memang tidak sempurna, tapi kami selalu mencoba. Rumah kami memang tidak ramah, tapi kami selalu berusaha agar damai bisa sedikit kami rasakan. Kami memang selalu tersenyum, tapi itu hanya sebuah kepalsuan.
Kami baik, tapi kami keras pada diri sendiri, tidak mau meminta bantuan. Kalian pernah melihat, ada sayatan panjang di pergelangan tangannya? Ya, kalian melihatnya, tapi dengan lancangnya kalian memaki, dengan dalih tidak mensyukuri hidup. Kalian tidak pernah tau bahwa fisiknya lelah, jiwanya rapuh, dan mentalnya berantakan.
Tolong, jangan hakimi sayatan yg dibuat. Karena, sayatan itulah, yang menjadi penenang bagi sebagian orang seperti manusia satu ini. Tidak ada yg tau, bagaimana perasaan yang jiwanya saja sudah mati rasa.
Beberapa orang seperti manusia satu ini, yang ingin selalu segera di dekap hangat oleh tanah, di peluk erat oleh tuhan. Mungkin sebagian orang men cap manusia yang tidak tau di untung. Tapi ingatlah satu hal, sebenarnya manusia yang selalu ingin mati, adalah manusia yang benar benar menginginkan kehidupan. Ya kehidupan, kehidupan yang layak, tenang, juga damai.
Tuhan memberikan manusia mulut, bukan untuk berisik sibuk mencela kekurangan orang lain. Jadi, mulai sekarang berhentilah menghakimi tanpa pernah tau sebabnya. Satu lagi, kita semua sempurna. Sempurna, dengan versi nya masing masing. Juga, sempurna dengan caranya masing masing.