Menulis: Cara Sunyi Tapi Ampuh untuk Menyembuhkan Luka Batin

 



Di era serba cepat ini, banyak dari kita sibuk mengejar nilai, eksistensi, atau validasi, sampai-sampai lupa satu hal penting: ngurusin isi hati sendiri. Mahasiswa hari ini bukan cuma dituntut pintar secara akademik, tapi juga harus tahan mental di tengah tekanan yang sering kali diam-diam mengikis diri.


Nah, di tengah hiruk-pikuk kampus dan deadline yang nggak ada habisnya, pernah nggak sih kamu ngerasa penuh di kepala, tapi bingung mau cerita ke siapa? Atau ngerasa sedih dan cemas, tapi nggak tahu harus mulai dari mana buat nyembuhin diri? Tenang, kamu nggak sendiri. Dan kabar baiknya: ada cara sederhana yang bisa kamu coba, yaitu menulis ekspresif.


Sebuah kegiatan keren di Universitas Nurul Hasanah Kutacane membuktikan bahwa menulis bisa jadi terapi. Lewat program sosialisasi yang digagas oleh Siska Putri Belangi dan timnya, puluhan mahasiswa diajak untuk mencoba self-healing dengan cara menuangkan isi hati ke atas kertas. Tanpa sensor, tanpa aturan baku. Pokoknya tulis aja apa yang kamu rasain, tanpa takut dihakimi.


Ternyata, efeknya luar biasa. Mahasiswa yang ikut merasa lebih lega, lebih jujur pada diri sendiri, dan lebih kenal dengan emosi yang selama ini sering mereka pendam. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka butuh ruang untuk didengar—dan tulisan bisa jadi ruang itu.


Menulis ekspresif bukan soal bikin puisi indah atau cerpen puitis. Kadang, justru dari kalimat paling berantakan lahir kesadaran paling jujur. Misalnya, kamu bisa mulai dari kalimat se-simple “Aku capek banget hari ini.” Lalu biarkan tanganmu terus mengalir. Lama-lama kamu akan nemuin: ternyata capekmu bukan cuma karena tugas, tapi karena kamu ngerasa sendiri. Atau kamu sadar bahwa kamu sebenarnya rindu pulang, tapi nggak tahu harus gimana.


Dan di situlah proses penyembuhan mulai terjadi. Tanpa disadari, menulis jadi tempat ngobrol sama diri sendiri—proses reflektif yang selama ini mungkin kamu hindari. Tapi saat kamu berani duduk, diam, dan nulis... perlahan, ada yang terasa lepas dari dalam.


Program ini juga ngenalin jenis-jenis self-healing lain yang bisa kamu coba: mulai dari bersyukur, ngobrol positif sama diri sendiri, melepaskan beban lewat memaafkan, sampai latihan relaksasi. Tapi yang paling menarik dari semua itu, tentu saja menulis—karena bisa kamu lakukan kapan saja, di mana saja, dan yang penting: gratis.


Menulis ekspresif mungkin nggak langsung nyembuhin semua luka. Tapi ia memberi kamu jeda. Memberi kamu ruang aman. Dan kadang, itu lebih dari cukup untuk mulai pulih.


Jadi kalau kamu lagi ngerasa nggak baik-baik aja, coba deh tulis. Bukan buat siapa-siapa, tapi buat kamu sendiri. Karena kadang, yang paling kita butuhin bukan nasihat, tapi keberanian buat jujur sama diri sendiri.


Dan siapa tahu, dari tulisan-tulisan itulah kamu pelan-pelan belajar: bahwa kamu layak sembuh, dan kamu bisa sembuh—dengan caramu sendiri.[]

Lebih baru Lebih lama