Kesehatan Mental dan Jalan Pulang yang Kita Lupa

 


Hari ini, bicara soal kesehatan mental udah makin umum. Kita gampang nemu konten soal anxiety, burnout, overthinking, dan cara-cara buat healing. Ada yang pilih meditasi, journaling, traveling, sampai therapy session modern ala psikologi Barat. Semua keren, semua penting. Tapi di tengah banyaknya jalan yang ditawarkan, pernah nggak sih kamu bertanya: apa mungkin ada cara lain yang lebih dekat ke akar diri kita sebagai manusia beriman?


Di sinilah muncul satu gagasan keren yang diangkat dalam artikel ini: konseling Islami sebagai alternatif kesehatan mental. Bukan sekadar alternatif gaya-gayaan, tapi sebuah jalan pulang ke fitrah kita—jalan yang sering kita lupakan dalam hiruk pikuk dunia modern.


Menurut konsep konseling Islami, kesehatan mental itu bukan cuma soal pikiran yang waras atau emosi yang stabil. Itu juga soal hubungan kita dengan Allah, dengan diri sendiri, dan dengan orang lain. Mental yang sehat adalah mental yang seimbang: bisa nerima kenyataan hidup, tetap optimis walau diuji, mampu kasih sayang ke sesama, dan yang paling penting, punya sandaran yang kokoh di hadapan Allah.


Sayangnya, dunia modern kadang ngajarin kita untuk fokus ke diri sendiri aja. Kita didorong untuk jadi “the best version of yourself” tapi lupa bertanya: “versi terbaik menurut siapa?” Konseling Barat banyak yang berbasis antroposentris—manusia sebagai pusat segalanya. Sedangkan konseling Islami bersifat teosentris: Allah yang jadi pusat hidup kita. Bukan berarti kita nggak boleh self-love, tapi self-love yang Islami itu lahir karena kita sadar diri kita adalah ciptaan Allah, punya misi, punya makna.


Konseling Islami ngajarin kita bahwa healing itu bukan sekadar menenangkan diri, tapi juga menyambung lagi tali yang mungkin sempat putus antara kita dan Pencipta kita. Karena kadang, rasa hampa yang susah dijelaskan itu bukan cuma karena stres kerja atau broken heart, tapi karena hati kita haus akan cahaya Ilahi yang lama kita abaikan.


Di konseling Islami, tugas konselor bukan sekadar kasih solusi duniawi. Mereka bantu kita menemukan makna, menumbuhkan sabar, syukur, dan tawakal, yang semua itu sebenarnya vitamin mental paling kuat yang kita butuhkan. Ini bukan pelarian dari masalah, tapi cara lebih dewasa buat berdiri di tengah badai, dengan senyum yang lahir dari keyakinan, bukan dari pura-pura kuat.


Dan kabar baiknya? Jalan ini nggak butuh biaya mahal, nggak perlu alat canggih. Cukup niat yang tulus, ruang aman untuk berbicara, dan keberanian untuk jujur sama diri sendiri di hadapan Allah.


Jadi, kalau kamu lagi merasa berat, kosong, atau nggak ngerti harus ngapain lagi, mungkin sudah waktunya buat pelan-pelan balik ke akar. Mungkin sudah waktunya healing yang beneran: bukan cuma buat jiwa, tapi juga buat ruh.


Karena sejatinya, hati kita nggak akan pernah benar-benar tenang sampai ia kembali pada tempat asalnya.

Lebih baru Lebih lama